Book A Chance : “Membukukan Kesempatan”

Buku adalah jendela dunia

 

Mungkin peribahasa di atas udah sering banget dong kalian denger. Buku yang diibaratkan sebagai jendela untuk melihat cakrawala pengetahuan yang luas, tapi kira-kira peribahasa ini sering didengungkan ini masih relevan ngga ya dengan perkembangan zaman saat ini?

Seperti yang kita tahu era media digital yang udah berkembang jauh pesat dari apa yang diprediksikan dekade-dekade sebelumnya telah berperan besar dalam transformasi gaya hidup kita yang kini identik dengan kedinamisan dalam mengakses informasi. Tinggal ketik dan tekan enter di laman pencari seperti Google, Yahoo!, dll. Voilaa! Info apapun yang kamu pengen cari langsung muncul seketika.

 

Semua terasa mudah di zaman yang kaya akan akses menuju informasi yang up-to-date, lalu apa kabar media cetak seperti buku, majalah, koran dsb? Bagi pecinta buku, sepertinya hal ini bukan masalah bagi buku-buku yang nangkring di pojok rak buku, di etalase-etalase toko buku. Tetapi bukan berarti hal itu ngga menjadi masalah loh, ternyata data yang dikeluarkan Badan Pusat Statistik (BPS) pada 2003 dapat dijadikan gambaran bagaimana minat baca bangsa Indonesia. Data itu menggambarkan bahwa penduduk Indonesia berumur di atas 15 tahun yang membaca koran pada minggu hanya 55,11 persen. Sedangkan yang membaca majalah atau tabloid hanya 29,22 persen, buku cerita 16,72 persen, buku pelajaran sekolah 44.28 %, dan yang membaca buku ilmu pengetahuan lainnya hanya 21,07 persen. (dikutip dari http://eka-zulkarnain.blogspot.com/2009/11/minat-baca-di-indonesia-buruk.html).

Itu artinya kegiatan membaca belum jadi prioritas utama masyarakat kita yang umumnya masih muda-muda ini untuk mengupgrade informasi kita. Padahal, pola pikir yang kritis itu tumbuh dari kebiasaan membaca loh. Sering denger kan cerita kakak-kakak mahasiswa tingkat akhir yang kadangkesandung skripsinya belum kelar dikarenakan kurang dalamnya referensi yang mereka ambil untuk memperkuat baik basis teori, hipotesis, maupun metode penelitian yang digunakan dalam penulisan skripsinya?

Nah, bersyukur banget buat teman-teman yang aksesnya untuk mengunduh informasi yang kalian perlukan itu gampang banget. Finansial yang cukup memberikan kita akses untuk membeli buku yang kita butuh dan inginkan apalagi untuk berlangganan layanan internet. Coba bayangin deh gimana rasanya hidup dengan kekurangan akses akan informasi apalagi yang ada hubungannya sama studi kalian.

 

Nah di sini, teman-teman dari Bogor Youth Movement (BYM) berinisiatif lewat kegiatan “Book A Chance” untuk menggalang rasa kepedulian teman-teman untuk menyumbangkan buku-buku yang masih layak dipakai untuk didistribusikan kepada adik-adik yang mengalami kekurangan akses akan sumber informasi dan pengetahuan.

Sesuai dengan namanya, Book A Chance, ibarat kalian “membukukan” minimal satu kesempatan yang baru bagi mereka yang membaca buku-buku yang kalian sumbangkan. Ya, satu buku itu berarti banyak loh buat mereka, ngga percaya? That’s why it’s time to prove our words, NOW! 😉

Tidak hanya menjadi media bagi teman-teman dalam mendistribusikan buku-buku ke mereka yang berhak menerimanya, tetapi BYM juga turut aktif mengajak baik teman-teman yang turut menyumbang maupun yang belum untuk ikut menyebarkan virus positif yang kita sebut #GilaBaca(silahkan lihat hashtagnya di Twitter @BogorYouthMovt ) lewat virusini kita optimis banget baik adik-adik yang mendapatkan sumbangan buku dari teman-teman maupun kalian sendiri juga makin keranjingansama hobi positif ini 😉 . Seiring dnegan banyaknya buku yang kalian baca dan kalian sumbang ke mereka yang membutuhkan, kegiatan ‘transfer ilmu’ ini juga turut berkontribusi dalam mencerahkan dan mencerdaskan tunas-tunas bangsa Indonesia 😀

Ngga heran dong kalau misalnya suatu hari nanti bakal muncul penulis hebat semacam J.K. Rowling dari adik-adik yang membaca buku-buku sumbangan kalian yang inspiratif?

 

Dare to join us?😉

 

– Kontributor : Aulia Reski Widyaningrum

 

Dengan kaitkata , , , , , ,

Tinggalkan komentar